DBD bisa terjadi kapan saja, tapi cenderung lebih banyak di musim hujan. Yuk, ketahui ciri-ciri DBD pada bayi dan pengobatannya agar si Kecil terhindar dari risiko komplikasi berbahaya!
Apa Ciri-Ciri DBD pada Bayi?
Gejala DBD pada bayi biasanya akan muncul 3-14 hari (namun paling sering 4-7 hari) setelah ia tergigit nyamuk aedes aegypti. Berikut gejala yang umumnya muncul dan perlu diwaspadai:
1. Demam Tinggi
DBD dapat menyebabkan bayi demam tinggi selama 2-7 hari yang bisa mencapai 40°C. Pada 1-3 hari pertama, bayi mungkin mengalami demam hingga 40°C.
Pada hari ke 4-5, demam akan turun ke 37°C yang sering dianggap sudah sembuh. Namun, ini adalah fase kritis dan kadar trombositnya bisa turun drastis jika tidak segera diobati.
Setelah itu, bayi akan kembali demam pada hari ke 6-7. Fase ini dinamakan fase pemulihan karena trombosit akan perlahan naik dan kembali normal.
Baca Juga: 6 Cara Alami Menurunkan Demam pada Bayi Tanpa Obat
2. Wajah dan Dada Memerah
Ciri-ciri DBD pada bayi juga termasuk flushing, yaitu kemerahan pada wajah, leher, dan dada.
Kemerahan ini disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah, dan biasanya terjadi dalam 24-48 jam pertama setelah timbulnya demam.
3. Bintik Merah di Kulit
Gejala DBD yang khas adalah munculnya bintik-bintik merah kecil di bawah kulit. Ruam dapat muncul di bagian tubuh mana pun dalam 2 hingga 5 hari setelah demam mulai.
Ruam merah khas gejala DBD bisa terasa sedikit menonjol ketika Bunda raba dengan jari dan warna merahnya tidak pudar atau menghilang ketika ditekan.
4. Rewel yang Susah Ditenangkan
DBD dapat menyebabkan gejala sakit kepala dan pegal linu. Tapi, bayi belum bisa menyuarakan kesakitannya, sehingga biasanya jadi lebih rewel dan menangis terus-menerus.
Saat sakit, bayi menjadi rewel dan menolak makan atau menyusu, sehingga bisa membuatnya lemas dan lelah.
5. Muntah-Muntah
Ciri-ciri DBD pada bayi di fase kritis adalah muntah-muntah lebih dari 3x dalam 24 jam. Mungkin juga terdapat darah di muntahannya akibat kebocoran pembuluh darah.
Jadi, waspada jika demam bayi tampak mulai turun setelah hari ke-3 karena ini tandanya bayi sudah mulai memasuki fase kritis DBD.
Muntah-muntah biasanya dimulai pada hari pertama atau kedua setelah demam turun.
6. Perdarahan
Pada fase kritis, pendarahan rentan terjadi akibat kebocoran pembuluh darah.
Selain munculnya ruam bintik merah, perdarahan juga dapat menyebabkan bayi mudah memar, mimisan, diare berdarah, atau gusi berdarah.
Ini adalah gejala yang relatif umum bahkan pada demam berdarah stadium ringan dan sedang.
7. Pucat dan Badan Dingin
Pada hari ke 4-5, demam akan turun ke 37°C dan bahkan bisa mencapai 36°C.
Hal ini dapat menyebabkan si Kecil tampak pucat dan badannya terasa dingin, terutama di ujung-ujung lengan dan kaki.
Napas bayi juga terdengar cepat karena ia kesulitan bernapas dan ini merupakan tanda fase kritis.
Baca Juga: Penyebab Napas Bayi Bunyi Grok Grok dan Cara Mengatasinya
Apa Bahaya DBD pada Bayi?
DBD yang tidak ditangani dapat mengakibatkan sindrom syok dengue. Kondisi ini ditandai dengan penurunan tekanan darah, kulit basah dan terasa dingin, napas tidak beraturan, urine dan denyut nadi lemah.
Sindrom syok dengue berakibat fatal. Demam tinggi akibat DBD juga bisa memicu kejang pada bayi karena suhu tubuh yang naik terlalu tinggi.
Apa yang Harus Dilakukan Jika Bayi Menderita DBD?
Apabila Bunda mencurigai ciri-ciri DBD pada bayi, terutama demam yang naik lebih dari 38°C, segera bawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pemeriksaan darah.
Apabila si Kecil positif DBD, dokter akan merekomendasikan:
-
Rawat inap di rumah sakit supaya gejalanya tidak memburuk dan mencegah komplikasi berbahaya.
-
Mendapatkan obat penurun panas seperti parasetamol.
-
Jika si Kecil tidak muntah, berikan ASI sesering mungkin untuk mencegah dehidrasi.
-
Pemberian cairan melalui infus.
-
Terapi pemberian oksigen, mengendalikan tekanan darah, dan transfusi darah (jika diperlukan).
Apabila masih punya pertanyaan lebih lanjut mengenai cara pengobatan DBD pada bayi atau masalah kesehatan lainnya, Bunda dapat langsung menghubungi Sahabat Bunda Generasi Maju tanpa perlu buat janji terlebih dahulu!
Referensi:
-
IDAI | MEMAHAMI DEMAM BERDARAH DENGUE (BAGIAN 1). (2019). Idai.or.id. https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/memahami-demam-berdarah-dengue
-
IDAI | MEMAHAMI DEMAM BERDARAH DENGUE (BAGIAN 2). (2019). Idai.or.id. https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/memahami-demam-berdarah-dengue-bagian-2
-
Dengue: How to keep children safe. (2023). Unicef.org. https://www.unicef.org/rosa/stories/dengue-how-keep-children-safe
-
Dengue fever in babies and children. (2022). BabyCenter. https://www.babycenter.in/a1021718/dengue-fever-in-babies-and-children
-
Dengue Fever (for Parents). (2022). Kidshealth.org. https://kidshealth.org/en/parents/dengue.html
-
Dengue fever: MedlinePlus Medical Encyclopedia. (2022). Medlineplus.gov. https://medlineplus.gov/ency/article/001374.htm